P
|
esta Demokrasi atau pemilu yang akan di gelar kurang lebih dua
tahun lagi, telah di jadikan polemik dan strategi oleh kelompok tertentu maupun
masyarakat umum dan semua partai telah menyiapkan calon presiden serta wakilnya
dan hal yang sama juga sedang dilakukan oleh Partai penguasa yang sudah 2 kali memimpin
agar berkuasa lagi.
Sebagai seorang Presiden yang
memimpin dua periode di era reformasi ini, tahu persis betapa banyaknya
kerancuan yang terjadi saat ini seperti Kasus Bank Century yang tidak kunjung
selesai, Kasus Mafia Pajak yang berusaha di selimuti dengan berbagai alasan dan
kasus - kasus penegakan hukum yang tebang pilih, Wisma atlit, Pembangunan
Hambalang, Kasus Diskriminasi etnis dan agama ( GKI Yasmin ), Lumpur Lapindo, Dll.
Sehingga era pemerintahan ini serasa begitu gamang dan tidak pasti seperti
negara tanpa pemimpin.
Kesenjangan Sosial ini dapat terlihat
dari pihak-pihak yang membantu Presiden WRONG
MAN IN THE RIGHT PLACE, termasuk
apa yang dikatakan oleh Ketua DPR RI yang selalu mengatakan tidak tahu tentang
apa yang sedang terjadi di Lembaga yang dipimpinnya, khususnya dalam hal, Renovasi
ruangan Banggar yang menelan 20 milyar, halaman parkir, dan Renovasi kamar
mandi yang semuanya dengan biaya milyaran rupiah, belum termasuk akan ditempatkannya
5 orang staf ahli pendukung untuk setiap anggota DPR - RI ( 5 x 560 = 2800 staf
ahli ) berapa lagi yang harus dikeluarkan pemerintah untuk para wakil
rakyat, sementara apa yang telah mereka perjuangkan untuk rakyat yang telah
memilih dan menaruh harapan besar pada mereka...???
Tidak jelasnya karakter para pemimpin
negeri ini yang selalu berteori dalam menjalankan kebijakannya, dan membuat
dunia luar senang, menjadi kebangaan dan budaya baru pemerintahan saat ini. Sehingga
banyak kalangan menrgangap memang sudah saatnya Negeri ini melakukan PERUBAHAN TOTAL
melalui “ GERAKAN REVOLUSI KARAKTER BANGSA.”
Karakter
adalah suatu ciri, tingkah laku dan moral yang dapat membedakan seseorang
dengan orang lain. Karakter politisi tidak terlepas dari sejarah partainya,
oleh sebab itu dapat juga di katakan bahwa dewasa ini sulit mencari Pemimpin
yang berkarakter apalagi santun dan yang demokratis. Politisi yang berkuasa
kini rata-rata berusia 40--60 tahun. Mereka mengalami fase pematangan berpikir
dan bertindak sesuka hati dengan mengatas namakan kepentingan rakyat, tanpa mendefinisikan
rakyat yang mana..?
Karakter
politisi memang sukar terlepas dari budaya politik yang membentuknya, itu salah
satu penyebab, meski telah sewindu lebih kita menjalani reformasi dengan
meletakkan dasar-dasar hukum dan kelembagaan politik yang demokratis,
aktualisasi karakter para aktor di panggung politik tidak serta-merta menjadi
demokratis. Budaya politik yang berkembang justru lebih cenderung egosentris,
baik itu berorientasi kepentingan pribadi maupun kelompok. Dengan gejala
egosentrisme yang menguat itu jelas karakter demokratis melemah, karena
karakter demokratis ditandai keterbukaan diri untuk memahami dan menerima
kepentingan pihak lain sebagai kepentingan bersama, sedang dengan egosentrisme
yang diakui hanya kepentingan diri dan kelompok.
Kata
kunci perubahan berada pada rakyat, pemilik kekuasaan yang didelegasikan ke
partai-partai politik. Jika rakyat bersikap kritis sudah mampu menjalankan
kontrol terhadap sepak terjang partai politik, hingga bisa menghukum partai
yang menyimpang dari amanah rakyat, budaya politik perlahan akan bergeser ke
arah lebih ideal. Pembentukan massa kritis sebagai kata kunci itu terletak pada
keberhasilan sektor pendidikan dalam mencerdaskan kehidupan berbangsa yang baik
dan Budaya politik ideal itu baru akan terwujud kalau kita berani melakukan GERAKAN REVOLUSI KARAKTER ANAK BANGSA
melalui pendidikan budi pekerti secara berkesinambungan sejak dari SD sampai tingkat
perguruan tinggi, sehingga proses pendidikan berfokus pada pembentukan jati
diri anak bangsa yang cinta tanah air dan melahirkan MOTTO NKRI Yang Pancasilais dan harga Mati.