Jumat, 25 Mei 2012

“ REVOLUSI KARAKTER ANAK BANGSA”


P
esta Demokrasi atau  pemilu yang akan di gelar kurang lebih dua tahun lagi, telah di jadikan polemik dan strategi oleh kelompok tertentu maupun masyarakat umum dan semua partai telah menyiapkan calon presiden serta wakilnya dan hal yang sama juga sedang dilakukan oleh Partai penguasa yang sudah 2 kali memimpin agar berkuasa lagi.

Sebagai seorang Presiden yang memimpin dua periode di era reformasi ini, tahu persis betapa banyaknya kerancuan yang terjadi saat ini seperti Kasus Bank Century yang tidak kunjung selesai, Kasus Mafia Pajak yang berusaha di selimuti dengan berbagai alasan dan kasus - kasus penegakan hukum yang tebang pilih, Wisma atlit, Pembangunan Hambalang, Kasus Diskriminasi etnis dan agama ( GKI Yasmin ), Lumpur Lapindo, Dll. Sehingga era pemerintahan ini serasa begitu gamang dan tidak pasti seperti negara tanpa pemimpin.


Kesenjangan Sosial ini dapat terlihat dari pihak-pihak yang membantu Presiden  WRONG MAN IN THE RIGHT PLACE,  termasuk apa yang dikatakan oleh Ketua DPR RI yang selalu mengatakan tidak tahu tentang apa yang sedang terjadi di Lembaga yang dipimpinnya, khususnya dalam hal, Renovasi ruangan Banggar yang menelan 20 milyar, halaman parkir, dan Renovasi kamar mandi yang semuanya dengan biaya milyaran rupiah, belum termasuk akan ditempatkannya 5 orang staf ahli pendukung untuk setiap anggota DPR - RI ( 5 x 560 = 2800 staf ahli ) berapa lagi yang harus dikeluarkan pemerintah untuk para wakil rakyat, sementara apa yang telah mereka perjuangkan untuk rakyat yang telah memilih dan menaruh harapan besar pada mereka...???

Tidak jelasnya karakter para pemimpin negeri ini yang selalu berteori dalam menjalankan kebijakannya, dan membuat dunia luar senang, menjadi kebangaan dan budaya baru pemerintahan saat ini. Sehingga banyak kalangan menrgangap memang sudah saatnya Negeri ini melakukan PERUBAHAN TOTAL melalui “ GERAKAN REVOLUSI KARAKTER BANGSA.”

Karakter adalah suatu ciri, tingkah laku dan moral yang dapat membedakan seseorang dengan orang lain. Karakter politisi tidak terlepas dari sejarah partainya, oleh sebab itu dapat juga di katakan bahwa dewasa ini sulit mencari Pemimpin yang berkarakter apalagi santun dan yang demokratis. Politisi yang berkuasa kini rata-rata berusia 40--60 tahun. Mereka mengalami fase pematangan berpikir dan bertindak sesuka hati dengan mengatas namakan kepentingan rakyat, tanpa mendefinisikan rakyat yang mana..?

Karakter politisi memang sukar terlepas dari budaya politik yang membentuknya, itu salah satu penyebab, meski telah sewindu lebih kita menjalani reformasi dengan meletakkan dasar-dasar hukum dan kelembagaan politik yang demokratis, aktualisasi karakter para aktor di panggung politik tidak serta-merta menjadi demokratis. Budaya politik yang berkembang justru lebih cenderung egosentris, baik itu berorientasi kepentingan pribadi maupun kelompok. Dengan gejala egosentrisme yang menguat itu jelas karakter demokratis melemah, karena karakter demokratis ditandai keterbukaan diri untuk memahami dan menerima kepentingan pihak lain sebagai kepentingan bersama, sedang dengan egosentrisme yang diakui hanya kepentingan diri dan kelompok.

Kata kunci perubahan berada pada rakyat, pemilik kekuasaan yang didelegasikan ke partai-partai politik. Jika rakyat bersikap kritis sudah mampu menjalankan kontrol terhadap sepak terjang partai politik, hingga bisa menghukum partai yang menyimpang dari amanah rakyat, budaya politik perlahan akan bergeser ke arah lebih ideal. Pembentukan massa kritis sebagai kata kunci itu terletak pada keberhasilan sektor pendidikan dalam mencerdaskan kehidupan berbangsa yang baik dan Budaya politik ideal itu baru akan terwujud kalau kita berani melakukan GERAKAN REVOLUSI KARAKTER ANAK BANGSA melalui pendidikan budi pekerti secara berkesinambungan sejak dari SD sampai tingkat perguruan tinggi, sehingga proses pendidikan berfokus pada pembentukan jati diri anak bangsa yang cinta tanah air dan melahirkan MOTTO  NKRI Yang Pancasilais  dan harga Mati. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar